Penyakit-penyakit
yang berjangkit dalam hati atau jiwa
Dalil Ayat
Mencela
seorang muslim itu perbuatan fasiq sedangkan memeranginya adalah perbuatan
kufur.(HR.Bukhari dan Muslim)
Janganlah
kamu sibuk mencari keburukan orang lain, justru kamu lalai (meneliti) keburukan
pada dirimu, sesungguhnya itu dua keburukan.” (Al-Qahthani)
Amrodhul
Qulub:
Penyakit-penyakit yang berjangkit dalam hati atau jiwa
Pengertian
Ghibah:
Apa itu
Ghibah (gossip/nerumpi/mengunjing)? Yaitu, membicarakan keadaan seseorang yang
sekiranya keburukan itu sampai ke telinga orang yang dibicarakannya, ia tidak
suka. Meskipun yang berghibah itu tidak bermaksud memburukannya. Baik tentang
jasmaninya, agamanya, kekayaannya, hatinya, akhlaknya, bentuk lahiriyahnya dan
sebagainya. Caranya-pun bermacam-macam, di antaranya membeberkan aib
(keburukan/cacat/kekurangan), menirukan gerak tertentu dari orang yang
dijelekan dengan maksud mengolok-ngolok dsb.
Jadi yang
disebut ghibah/ngerumpi/ngegosip adalah obrolan yang menyangkut diri seseorang,
dan obrolan itu jika di dengar oleh orang yang bersangkutan ia marah atau
tersinggung. Jadi bisa jadi obrolan ini dianggap biasa-biasa saja saja tanpa
maksud apa-apa, tapi orang itu bisa jadi marah!!
Ghibah pun
bukan berarti benar atau tidaknya apa yang dibicarakan tapi menyangkut buruknya
mulut. Artinya meskipun yang diucapkan itu fakta sebenarnya tapi dengan cara
membeberkannya kepada orang lain itulah ghibah. Yang seharusnya aib atau cacat
saudara kita itu harus kita sembunyikan karena ada rasa sayang dalam hati.
Seperti halnya orang tua yang selalu menyembunyikan aib anaknya atau
sebaliknya, ataupun suami istri yang selalu menjaga rahasia keburukan
masing-masing.
Apa dosa
Ghibah?
Ghîbah
adalah haram hukumnya dan jelas sekali dalilnya baik yang terdapat dalam
Al-Qur’an, hadist Nabi dan kesepakatan kaum muslimin sendiri. Allah Swt
berfirman:
“Allah tidak
menyukai ucapan buruk (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang
yang dianiaya. Allah adalah Maha mendengar lagi Maha mengetahui..” (QS.
An-Nisa: 148)
“Celakaanlah
bagi pengumpat dan pencela.” (QS. Al-Hujurat:12)
“Dan
janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta
pertanggungan jawaban.”(QS. Al-Isra: 17)
Dalam hadist
Nabi saw disebutkan:
“Wahai orang
yang beriman dengan lisannya yang belum sampai ke dalam hatinya, janganlah
kalian mengganggu kaum muslimin, janganlah kalian menjelek-jelekkannya,
janganlah kalian mencari-cari aibnya. Barang siapa yang mencari-cari aib
saudaranya sesama muslim niscaya Allah akan mencari aibnya. Barang siapa yang
Allah cari keburukannya, niscaya Allah akan membeberkan rahasianya meskipun di
rumahnya sendiri.” (H.R. Tirmidzi dan lainnya)
Dan masih
banyak dalil yang menunjukan bahwa ghibah ini sangat terlarang. Setidaknya yang
harus kita waspadai bahwa pahala yang telah susah payah kita tabung selama ini,
akhirnya berpindah ke orang yang kita bicarakan. Akhirnya tabungan kita selama
ini ludes tidak tersisa alias bangkrut.
Beberapa
Sebab Yang Dapat Menimbulkan Ghîbah
· Meluapkan
kemarahannya atau kebencian kepada seseorang
· Memandang
dirinya jauh lebih baik dari orang lain (sombong)
· Sering
berkumpul dengan kalangan tukang gosip
· Keheranan
melihat perbuatan dosa yang dilakukan orang lain
· Bermaksud
menghina orang lain
· Sebagai
pemberitahuan bahwa seseorang telah melakukan dosa
· Hasud dan
menunjukan rasa sayang dan kerendahan hatinya di hadapan orang-orang seperti
mengatakan,” Sedih sekali melihat kemiskinan orang itu.”
· Karena
lelucon, guyonan, senda gurau, menceritakan kejadian lucu yang terjadi pada
seseorang dengan menceritakan keburukan orang itu agar pendengar tertawa atau
tersenyum mendengarnya
· Menghapuskan
prasangka buruk orang yang ditujukan pada dirinya
·
Apa Yang Paling Berbahaya?
Orang yang
tidak pernah shalat, tidak mau belajar Islam, tidak mau taubat, tidak menyesal
dengan dosa, sudah tidak tahu lagi mana yang benar, dosa menjadi hobinya
sehari-hari, sering datang ke Paranormal, percaya ramalan-ramalan, yah mau
gimana ! Pastinya sudah tidak aneh lagi kalau berghibah.
Cuman yang
berbahaya adalah ketika kita tidak menyadari telah ber-ghibah meskipun ucapan/obrolan
ini dalam koridor ketaatan atau ibadah. Seakan-akan ada kebenaran untuk
menceritakan orang atau untuk menunjukan bagi yang mendengarnya bahwa ia
seorang yang taat atau sangat Islami. Beberapa contoh:
· Aduh,
kenapa yah dekat ke masjid tapi nggak pernah ke masjid? (ucapan ini
diucapkan oleh orang yang sering berjamaah di masjid)
· Duh kasian
yah, tuh di TV banyak sekali tanyangan infotaiment…wah jadi nggak halal tu
kerjaanya…habis ngomongin orang melulu
· Ketika
mendengar seruan untuk selalu membaca Al-Qur’an..Duh kasian banget orang yang
nggak pernah ngaji..mau dibawa kemana hidupnya!
· Mana sih
pemimpin yang taat dan Islami itu..mau dibawa ke mana bangsa ini!!
· Sekarang
ini sudah banyak dajjal…seharusnya orang-orang itu kembali donk ke agama!!
Memang
sekarang tuh dah banyak Thagut (kejahatan/keburukan) banyak orang tua yang
nggak ngedidik anak-anaknya dengan agama siiihh..!!!
· Saya
berterima kasih pada ustadz... agar mereka yang selalu tenggelam di dunia
segera sadar dan kembali kepada jalan Allah..!!!
· Sayang
sekali yah..Kalau orang Islam di Indonesia itu mau zakat dan sedekah pasti
nggak akan ada kemiskinan deh…
· Banyak tuh
yang shalat tapi tetap aja belum sadar…!
· Wah
keluarganya nggak tahu agama sihh…
· Wah
ceramahnya kepanjangan… nggak jelas apa isinya... Coba kalau gini gitu…!
·
Membuka Peluang Dosa Lain
Setelah
ghibah, dipastikan akan timbul suu zhan (buruk sangka) setelah itu timbul
hasud, kemudian pasti akan terjangkit namimah. Setelah itu timbul penyakit hati
lainnya.
Jadi enaknya
begini, kalau kita mendengar ceramah agama, pengajian, atau apapun, jangan
melihat keadaan orang lain. Tunjukanlah bahwa nasihat atau anjuran itu untuk
kita sendiri. Ketika kita mendengar ceramah untuk selalu belajar Al-Qur’an, dan
selalu membacanya, merenungkan artinya, tadabbur, berusaha belajar ilmu
Al-Qur’an, langsung katakan pada diri sendiri:
“Ya Allah,
aku bertaubat, selama ini aku lalai, aku lupa akan Al-Qur’an yang pastinya
menjadi pelita dalam dunia akhiratku. Sedangkan orang lain sudah banyak yang
mengerti Qur’an sedangkan aku baru sadar sekarang”
Hati menjadi
enakan! Pasti dia akan sedih melihat dirinya, pastinya juga dia kan berusaha
terus belajar dan belajar Al-Qur’an. Pastilah dia akan bertaubat, dia akan
berusaha menjadi lebih baik lagi dari yang kemarin. Dan pastinya dia akan
besyukur,
“Ya Allah,
Alhamdulilah, Kau telah membuka hatiku untuk belajar Al-Qur’an.”
Berfikirlah
ikir Dulu Sebelum Berkata Atau Menulis
“ Iya tuh
banyak banget orang yang sudah lupa Al-Qur’an.” atau kata seperti ini
“Gimana tuh
di TV banyak ngegosip!! Gimana hukumnya??
Coba kita
renungkan, apa bermanfaat atau mendatangkan pahala bicara seperti ini? Apa
dengan tiba-tiba Allah kirim SMS bahwa kita mendapat pahala karena bicara
seperti ini? yang menunjukan kita lebih unggul dan lebih taat? dengan anggapa
orang lain sudah lupa pada Al-Qur’an atau banyak orang senang nonton gosip?
Ternyata dengan begitu kita telah terjatuh dalam ghibah dan sekaligus suuz
zhan.
Mungkin saja
yang kita anggap sudah lupa Al-Qur’an itu ternyata sudah hafal Al-Qur’an… mau
bagaimana kita??
Kesimpulan
· Jangan
pedulikan urusan orang lain dan urus dan cari aib diri sendiri dan pasti kita
akan sibuk dan bahkan tidak ingat akan aib orang lain
· Berbaik
sangka terhadap prilaku orang lain, salah satu timbulnya ghibah karena ada
anggapan buruk terhadap kehidupan orang lain
· Carilah
ilmu Islam, kajilah tentang penyakit hati dan hal ini sama pentingnya seperti
ibadah, belajar Islam dan ketaatan lainnya
· Jangan
pernah terpikir di akal dengan banyak pertanyaan: Kalau orang ini gimana, kalau
orang yang gitu gimana??? Cari dan cari saja kelemahan, aib dan cacat pribadi
· Kita tidak
akan pernah tahu bagaimana hati orang Islam, jadi jangan sampai berprasangka
apapun karena pastinya salah
· Jangan
menjustifikasi bahwa kata kita adalah nasihat atau saling berwasiat
dalam kebaikan/Tawasau Bil Haq ataupun berdalih dengan dalil: Sampaikan
walaupun hanya satu ayat. Tapi ternyata ucapanya hanya ghibah, celaan dan
ejekan, bahkan mempermalukan/membuka cacat orang lain. Kalau begitu syiar agama
adalah alat yang dipakai untuk melakukan dosa dan maksiat kepada Allah.
· Kalau tidak
tahu apa ini berbuah pahala atau tidak maka lebih baik diam, tidak berkata
apa-apa dan jangan menulis apapun. Bukankah berdoa akan lebih baik??
· Pilih apa
yang terkandung dalam ucapan kita: ghibah? Namimah? Suus zhan? Takabur?
Tajasus? Dan lainnya. Jika tidak terkandung seperti itu, maka kita siap memberi
nasihat yang baik dan manfaat